Minggu, 08 Juli 2012

Pedang Kristal Langit

 
Setelah Yen She Tian Cuen (Leluhur Dewa) mengorbankan dirinya untuk menciptakan jaring langit guna mengurung Yen Cu Tian Mo (iblis Langit), keadaan semesta kembali pulih dari kekacauan. Dewi Nu Wa menggantikan posisi Yen She Tian Cuen mejadi pimpinan dari para dewa. Meski Iblis Langit telah dikurung, namun Dewi Nu Khawatir jika sewaktu-waktu jaring langit melemah karena celah langit belum tertutup dan Iblis Langit bisa kembali terbebas. Dewi Nu Wa pun bertekad untuk mencari Kristal Pancawarna yang berada di ujung jagad diantara perbatasan gelap dan terang. guna menutup celah langit. Diapun menyuruh Dewa Tay Yi Cen Chin untuk menggantikan posisinya memimpin para dewa.
 
Dewi Nu Wa tiba di langit ketujuh, namun di sana dia dicegat oleh 10 mutiara iblis. Setelah bertarung 3 hari 3 malam akhirnya rintangan terlampaui. Di ujung jagad dirinya menemukan Kristal pancawarna yang digunakan untuk menutup celah langit. Celah langit tertutup, namun hawa iblis belumlah lenyap, maka Dewi Nu Wa menempa sebagian Kristal pancawarna menjadi sebilah senjata mahadewa demi membasmi iblis. Habislah waktu 8 juta tahun untuk merekayasa bentuknya dan 490 tahun untuk mengolahnya dengan api abadi. Tetapi untuk membentuk wujud pedang, Dewi Nu Wa harus menggunakan badannya sendiri. Dia pun mengorbankan lengan hijaunya, lalu sepasang kakinya dilebur jadi satu dengan cairan Kristal.

 
Pekerjaan besarnya selesai, lengan kanannya menjadi anak pedang, sedangkan sepasang kakinya menjadi kerangka utama pedang induk. Sebilah raja pedang mahadewa, Pedang Kristal langit telah lahir ke dunia. Namun Dewi Nu Wa telah kehilangan sepasang kaki dan sebelah tangannya untuk menempa Pedang Kristal Langit, selain menjadi cacat tenaganya juga ikut terkuras. Melihat majikannya dalam keadaan menderita, Pithon Ghaib Raksasa mengorbankan dirinya, menjadi tubuh untuk majikannya.
 
Tubuh Pihton Ghaib dan Dewi Nu Wa Bersatu, dirinya pun bisa bergerak lincah seperti sediakala. Dewi Nu Wa mencoba kekuatan dari Pedang Kristal Langit, dua keping anak dan induk pedang yang bersatu memancarkan sinar kemilau yang tajam. Pedang yang disabetkan dari jarak jauh memancarkan Tenaga yang amat dasyat, gunung runtuh bahkan lautan bergejolak. Dewi Nu Wa amat terkejut dengan kekuatan Pedang Kristal Langit, dirinya takut jika kekuatan tersebut dapat merusak bumi dan tidak dapat dikendalikan oleh manusia.
 
Untuk menyempurnakan sekaligus mengendalikan tenaga Pedang Kristal Langit, Dewi Nu Wa mengeluarkan mutiara Kristal hijau dari tubuhnya. disaat itulah dirinya menyadari, bahwa tubuhnya telah disusupi oleh sepuluh mutiara iblis yang pernah dilawannya. Sepuluh mutiara tersebut menumpang dalam tubuh Dewi Nu Wa dan menunggu kesempatan untuk berbuat kekacauan. Mengetahui kesulitan untuk melawan serangan iblis, Dewi Nu Wa bermaksud bunuh diri dengan Pedang Kristal Langit agar binasa bersama-sama. Tapi sayang kesepuluh mutiara tersebut serta inti hawa iblis; Ie Mo berhasil melarikan diri.
 
Kesepuluh Mutiara Iblis menyebar ke berbagai penjuru dan jatuh ke tempat di tempat yang berbeda-beda. Dewi Nu Wa lenyap, butir Mutiara Hijau terbenam ke dalam pedang Kristal Langit dan selanjutnya jatuh ke bumi. Mutiara Iblis turun ke bumi pasti akan menimbulkan bencana, Dewi Nu Wa menyesal tidak dapat menunaikan tugasnya dengan baik. Namun dirinya berharap kelak akan ada seorang manusia yang menjadi pewaris sejati dari Pedang Kristal Langit yang menegakkan keadilan dan membasmi biang iblis.
 
Pedang Kristal Langit, bisa dikatakan sebagai senjata terkuat atau raja diantara senjata mahadewa. Kekuatannya yang dasyat bahkan melebihi kekuatan Pedang Magis Roh Harimau. Konon, Pedang Kristal Langit memiliki sebuah ‘kutukan’. Dimana sang pemilik pedang tersebut akan mendapat kemakmuran dan bencana yang berlimpah-limpah. Setiap pewaris Pedang Kristal Langit maka akan menjadikan pemiliknya berkuasa, disegani serta memperoleh kemakmuran dan binasa pada akhirnya. Namun kutukan tersebut tidak berlaku bagi sang pewaris Pedang Kristal Langit yang menjunjung tinggi kasih sayang dan welas asih dalam menegakkan kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar